Dikatakan aktivis pergerakan
tapi tak pernah membaca,
Dikatakan aktivis pergerakan
tapi tak pernah menulis,
Dikatakan aktivis pergerakan
tapi malas datang diskusi,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi nunggu perintah,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi nunggu perintah,
Kader dakwah bukanlah kader intruksi, melainkan kader yang mempunyai jiwa
aktif dalam berkontribusi. Sejenak ketika menengok sejarah, dimana pemuda
pergerakan jaman dulu berjuang keras atas kekuasaan pemerintah yang menindas
rakyat, betapa agenda-agenda dakwah yang dilaksanakan kemudian mendapat kecaman
pemerintah. Ghirah mereka yang tak kenal lelah untuk terus bergerak hingga
dapat menumbangkan sistem pemerintahan orde baru. Pengorbanan yang begitu
tinggi yang diberikan untuk kesejahteraan rakyat.
Sungguh berbeda sekali ketika kita
menilik kondisi saat ini dimana sudah terbebas dari belenggu-belenggu penjajah,
hidup demokratis, bebas melakukan agenda-agenda dakwah tanpa ada suatu apapun
yang menjadi penghalang. Namun, semangat-semangat kader dakwah yang mulai
menurun, apakah terlena akan kenikmatan hidup ataukah sedang sejenak
beristirahat untuk mempersiapkan serangan dakwah.
Dalam risalah “Dakwatunaa Fii Thaurin Jadid” Imam
Hasan Al Banna berkata : “Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan
tegar. Hati-hati yang baru nan berkibar-kibar. Emosi-emosi yang membara nan
menggelora dan ruh-ruh yang memiliki thumuhat, obsesi ke depan jauh yang
merenungkan teladan dan tujuan-tujuan yang mulia.”
Begitu nampak memudar ghirah kader
dakwah dalam gelanggang pertempuran. Buku-buku yang tersusun rapi di rak,
nampak kusut karena debu. Perpustakaan yang telah dibangun nampak kusam karena
tak terjamah. Apalagi dalam perhelatan dunia teknologi yang semakin canggih,
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan dakwah. Kader dakwah mulai
terlena dengan fasilitas teknologi yang serba bisa namun sekedar untuk pemuasan
hasrat. Seharusnya kita yang bisa mewarnai dunia teknologi dengan
tulisan-tulisan kita sebagai sarana dalam berdakwah, akan tetapi terkadang kita
yang termakan oleh isu-isu yang berasaskan kepentingan politik organisasi.
Seolah langkah kaki ini tampak
tergopoh-gopoh, bukan karena cepat dalam berlari namun terombang-ambing karena
gerak yang tak jelas dan tidak dimengerti. Begitulah kondisi kader dakwah saat
ini, duduk termenung menunggu perintah tapi bingung tak tau arah. Hanya mendengar
seruan-seruan kemudian pergi, tak mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Berbagai
media baik elektronik maupun tulis sudah membuka mata kita untuk selalu
memantau kondisi negri ini, terkaman-terkaman dari negara liberal tak hentinya
diluncurkan. Namun apakah kita hanya bisa berkecamuk dengan urusan sendiri.
Seorang kader dakwah harus mempunyai
karakter tersendiri dalam bergerak, bangun jiwa-jiwa kreasi dan inovasi. Tidak hanya
berjalan karena hanya mengikuti tapi kita berjalan karena dasar. Kita berbicara
karena dasar. Kita bertindak karena dasar. Kita berada di jalan dakwah ini
karena dasar. ALLAH memilih kita untuk menjadi prajuritnya juga karena dasar.
Padahal begitu leluasa kita
diberi waktu dan kesempatan untuk melakukan rancangan, namun telah terbuai
dalam kenikmatan. Menyusuri jalanan dan menerjang rintangan, begitu seharusnya
yang dilakukan. Seolah selangkah lagi mencapai kemenangan, namun terhenti dalam
bayang-bayang angan. Mari bangkit kawan, aktifkan kembali jiwa-jiwa kita untuk
membaca. Sekedar gelar tikar duduk bersama diskusi panjang lebar. Merancang strategi
dakwah menyelamatkan umah. Sekali lagi,
kita adalah kader penggerak. Bergerak dengan langkah yang kokoh. Bergerak dengan
tujuan yang pasti. Bergerak dengan dasar yang jelas, tidak sekedar ikut-ikutan,
memberantas musuh-musuh yang bringas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar