Setiap rel akan selalu menjadi saksi sejarah

Terhadap kereta kehidupan yang melintas di atasnya

Selasa, 15 Mei 2012

Ketika Budaya Taklid Buta Merajalela


Dikatakan aktivis pergerakan tapi tak pernah membaca,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi tak pernah menulis,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi malas datang diskusi,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi nunggu perintah,
         
          Kader dakwah bukanlah kader  intruksi, melainkan kader yang mempunyai jiwa aktif dalam berkontribusi. Sejenak ketika menengok sejarah, dimana pemuda pergerakan jaman dulu berjuang keras atas kekuasaan pemerintah yang menindas rakyat, betapa agenda-agenda dakwah yang dilaksanakan kemudian mendapat kecaman pemerintah. Ghirah mereka yang tak kenal lelah untuk terus bergerak hingga dapat menumbangkan sistem pemerintahan orde baru. Pengorbanan yang begitu tinggi yang diberikan untuk kesejahteraan rakyat. 

          Sungguh berbeda sekali ketika kita menilik kondisi saat ini dimana sudah terbebas dari belenggu-belenggu penjajah, hidup demokratis, bebas melakukan agenda-agenda dakwah tanpa ada suatu apapun yang menjadi penghalang. Namun, semangat-semangat kader dakwah yang mulai menurun, apakah terlena akan kenikmatan hidup ataukah sedang sejenak beristirahat untuk mempersiapkan serangan dakwah. 

          Dalam risalah “Dakwatunaa Fii Thaurin Jadid” Imam Hasan Al Banna berkata : “Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan tegar. Hati-hati yang baru nan berkibar-kibar. Emosi-emosi yang membara nan menggelora dan ruh-ruh yang memiliki thumuhat, obsesi ke depan jauh yang merenungkan teladan dan tujuan-tujuan yang mulia.”
   
          Begitu nampak memudar ghirah kader dakwah dalam gelanggang pertempuran. Buku-buku yang tersusun rapi di rak, nampak kusut karena debu. Perpustakaan yang telah dibangun nampak kusam karena tak terjamah. Apalagi dalam perhelatan dunia teknologi yang semakin canggih, belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan dakwah. Kader dakwah mulai terlena dengan fasilitas teknologi yang serba bisa namun sekedar untuk pemuasan hasrat. Seharusnya kita yang bisa mewarnai dunia teknologi dengan tulisan-tulisan kita sebagai sarana dalam berdakwah, akan tetapi terkadang kita yang termakan oleh isu-isu yang berasaskan kepentingan politik organisasi. 

          Seolah langkah kaki ini tampak tergopoh-gopoh, bukan karena cepat dalam berlari namun terombang-ambing karena gerak yang tak jelas dan tidak dimengerti. Begitulah kondisi kader dakwah saat ini, duduk termenung menunggu perintah tapi bingung tak tau arah. Hanya mendengar seruan-seruan kemudian pergi, tak mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Berbagai media baik elektronik maupun tulis sudah membuka mata kita untuk selalu memantau kondisi negri ini, terkaman-terkaman dari negara liberal tak hentinya diluncurkan. Namun apakah kita hanya bisa berkecamuk dengan urusan sendiri. 

          Seorang kader dakwah harus mempunyai karakter tersendiri dalam bergerak, bangun jiwa-jiwa kreasi dan inovasi. Tidak hanya berjalan karena hanya mengikuti tapi kita berjalan karena dasar. Kita berbicara karena dasar. Kita bertindak karena dasar. Kita berada di jalan dakwah ini karena dasar. ALLAH memilih kita untuk menjadi prajuritnya juga karena dasar. 

          Padahal begitu leluasa kita diberi waktu dan kesempatan untuk melakukan rancangan, namun telah terbuai dalam kenikmatan. Menyusuri jalanan dan menerjang rintangan, begitu seharusnya yang dilakukan. Seolah selangkah lagi mencapai kemenangan, namun terhenti dalam bayang-bayang angan. Mari bangkit kawan, aktifkan kembali jiwa-jiwa kita untuk membaca. Sekedar gelar tikar duduk bersama diskusi panjang lebar. Merancang strategi dakwah  menyelamatkan umah. Sekali lagi, kita adalah kader penggerak. Bergerak dengan langkah yang kokoh. Bergerak dengan tujuan yang pasti. Bergerak dengan dasar yang jelas, tidak sekedar ikut-ikutan, memberantas musuh-musuh yang bringas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar