Setiap rel akan selalu menjadi saksi sejarah
Terhadap kereta kehidupan yang melintas di atasnya
Kamis, 17 Mei 2012
Road to Bromo
13 Mei 2012 perjalanan kedua berhasil kutempuh, dengan semangat tinggi akhirnya sampai pada puncak kawah Bromo. Menempuh sekitar 2,5 jam untuk bisa sampai di tempat. Dingi, begitu suhu yang kurasakan. Air teh yang hangat saja cepat sekali menjadi dingin. Dengan tekstur jalan yang curam namun dengan segenap tekad akupun bisa melaluinya. Kemanapun aku pergi, maka selalu ada KAMMI yang menemani. Angin yang berhembus membuat detak jantung berdegup kencang. Takutnya, kalau jatuh ke kawah. Nmun, pesona Bromo yang eksotis merefresh jiwa-jiwa yang sedang lemah, menguatkan semangat-semangat yang melemah. Salah satu keagungan Illahi, benar-benar bisa kurasakan. Maha Suci ALLAH atas segala kuasanya, merasa semakin kecil dihadapannya. Banyak pelajaran yang diambil ketika kita melakukan sebuah perjalanan, entah dari lingkungan sekitar atau mungkin dari kejadian yang kita alami. Membuka lembarang baru dengan tema "Belajar dari Alam".
Tancap Gas
Kumulai perjalanan pertamaku dengan hati yang was-was namun ingin tetap ku tempuh. Melewati banyak tikungan jalan, berkelak-kelok, menyusuri sekian hektar hutan denagn alunan jalan yang curam dan terjal. Benar-benar menguji adrenalin alias krik-krik. Namun, disamping itu semua dapat menenangkan hati yang sedang gundah dan menyejukkan mata yang terlihat kiri-kanan penuh pepohonan. Hingga melewati beberapa air terjun. Luar biasa, akhirnya sampai tujuan di Royal Camp trawas Mojokerto 11 Mei 2012. Pertama kalinya mengibarkan bendera kebanggaan. Semoga pancaran ruh yang baru membuat langkahku semakin kokoh mewujudkan semua impian yang pernah kutuliskan. ALLAH selalu bersamaku.
Selasa, 15 Mei 2012
Ketika Budaya Taklid Buta Merajalela
Dikatakan aktivis pergerakan
tapi tak pernah membaca,
Dikatakan aktivis pergerakan
tapi tak pernah menulis,
Dikatakan aktivis pergerakan
tapi malas datang diskusi,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi nunggu perintah,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi nunggu perintah,
Kader dakwah bukanlah kader intruksi, melainkan kader yang mempunyai jiwa
aktif dalam berkontribusi. Sejenak ketika menengok sejarah, dimana pemuda
pergerakan jaman dulu berjuang keras atas kekuasaan pemerintah yang menindas
rakyat, betapa agenda-agenda dakwah yang dilaksanakan kemudian mendapat kecaman
pemerintah. Ghirah mereka yang tak kenal lelah untuk terus bergerak hingga
dapat menumbangkan sistem pemerintahan orde baru. Pengorbanan yang begitu
tinggi yang diberikan untuk kesejahteraan rakyat.
Sungguh berbeda sekali ketika kita
menilik kondisi saat ini dimana sudah terbebas dari belenggu-belenggu penjajah,
hidup demokratis, bebas melakukan agenda-agenda dakwah tanpa ada suatu apapun
yang menjadi penghalang. Namun, semangat-semangat kader dakwah yang mulai
menurun, apakah terlena akan kenikmatan hidup ataukah sedang sejenak
beristirahat untuk mempersiapkan serangan dakwah.
Dalam risalah “Dakwatunaa Fii Thaurin Jadid” Imam
Hasan Al Banna berkata : “Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan
tegar. Hati-hati yang baru nan berkibar-kibar. Emosi-emosi yang membara nan
menggelora dan ruh-ruh yang memiliki thumuhat, obsesi ke depan jauh yang
merenungkan teladan dan tujuan-tujuan yang mulia.”
Begitu nampak memudar ghirah kader
dakwah dalam gelanggang pertempuran. Buku-buku yang tersusun rapi di rak,
nampak kusut karena debu. Perpustakaan yang telah dibangun nampak kusam karena
tak terjamah. Apalagi dalam perhelatan dunia teknologi yang semakin canggih,
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan dakwah. Kader dakwah mulai
terlena dengan fasilitas teknologi yang serba bisa namun sekedar untuk pemuasan
hasrat. Seharusnya kita yang bisa mewarnai dunia teknologi dengan
tulisan-tulisan kita sebagai sarana dalam berdakwah, akan tetapi terkadang kita
yang termakan oleh isu-isu yang berasaskan kepentingan politik organisasi.
Seolah langkah kaki ini tampak
tergopoh-gopoh, bukan karena cepat dalam berlari namun terombang-ambing karena
gerak yang tak jelas dan tidak dimengerti. Begitulah kondisi kader dakwah saat
ini, duduk termenung menunggu perintah tapi bingung tak tau arah. Hanya mendengar
seruan-seruan kemudian pergi, tak mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Berbagai
media baik elektronik maupun tulis sudah membuka mata kita untuk selalu
memantau kondisi negri ini, terkaman-terkaman dari negara liberal tak hentinya
diluncurkan. Namun apakah kita hanya bisa berkecamuk dengan urusan sendiri.
Seorang kader dakwah harus mempunyai
karakter tersendiri dalam bergerak, bangun jiwa-jiwa kreasi dan inovasi. Tidak hanya
berjalan karena hanya mengikuti tapi kita berjalan karena dasar. Kita berbicara
karena dasar. Kita bertindak karena dasar. Kita berada di jalan dakwah ini
karena dasar. ALLAH memilih kita untuk menjadi prajuritnya juga karena dasar.
Padahal begitu leluasa kita
diberi waktu dan kesempatan untuk melakukan rancangan, namun telah terbuai
dalam kenikmatan. Menyusuri jalanan dan menerjang rintangan, begitu seharusnya
yang dilakukan. Seolah selangkah lagi mencapai kemenangan, namun terhenti dalam
bayang-bayang angan. Mari bangkit kawan, aktifkan kembali jiwa-jiwa kita untuk
membaca. Sekedar gelar tikar duduk bersama diskusi panjang lebar. Merancang strategi
dakwah menyelamatkan umah. Sekali lagi,
kita adalah kader penggerak. Bergerak dengan langkah yang kokoh. Bergerak dengan
tujuan yang pasti. Bergerak dengan dasar yang jelas, tidak sekedar ikut-ikutan,
memberantas musuh-musuh yang bringas.
Perjalanan Dakwah itu bagai Menulis Laporan Praktikum
“Life is Never Flat”, begitu kehidupan
itu tidak akan pernah terasa datar. Terkadang ada tanjakan, tikungan bahkan
jurang yang harus siap kita lalui. Baik suka maupun duka ikut mewarnai.
Layaknya menulis laporan praktikum, tersusun secara sistematis dan urut serta
mempunyai pola bahasa yang rapi. Begitu pula ketika kita ingin menata kehidupan
dakwah yang lebih baik, diperlukan adanya manajemen waktu serta pemanfaatan
kesempatan sebaik mungkin. Berikut susunan Laporan Praktikum yang dapat
dianalogikan dengan perjalanan kehidupan dakwah kita :
1.
Menentukan
Judul
Ø
Sebelum
memulai untuk meneteskan tinta pada kertas putih, sudah ditentukan hal pokok
yang ingin digarap. Seperti melakukan serangkaian agenda dakwah, tentunya juga
sudah dirancang hal pokok yang ingin dilaksanakan. Misalnya agenda PEMIRA OPM
kampus, OHM PMB Bersama, maupun agenda dakwah lainnya.
2.
Menetukan
Tujuan
Ø
Dalam
melakukan praktikum harus ditentukan hal apa saja yang menjadi sasaran atau
tujuan kita. Sama halnya ketika kita memulai untuk melangkahkan kaki dalam
medan dakwah, hal utama yang harus kita tentukan dan murnikan adalah niat.
Menata niat untuk sebuah perjalanan yang akan ditempuh. Merenung akan lahirnya
sebuah tujuan agar semakin yakin dalam kita membuat jejak kehidupan. “
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya dan Sesungguhnya setiap orang
akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan”, begitu sebuah hadist
menjelaskan. Jadi, sebagai seorang ADK dapat memperbaharui niat setiap saat.
3.
Menentukan
Alat dan Bahan
Ø
Layaknya orang
yang ingin pergi berperang, selalu menyiapkan amunisi yang dibutuhkan. Mulai
dari senjata hingga logistik. Begitulah ketika kita berjalan, membutuhkan
peralatan yang menunjang rencana
strategi yang telah disusununtuk meluncurkan agenda dakwah di medan
pertempuran. Melakukan pendataan terkait
amunisi yang akan digunakan, mulai dari kebutuhan rukhiyah hingga dunia.
4.
Menentukan
Langkah Kerja
Ø
Tahap demi
tahap praktikum dilakukan, dimulai dari persiapan sampai bersih-bersih tempat
agar semua berjalan secara prosedur sehingga mendapat hasil yang sesuai. Itulah
pentingnya mengapa kita harus membangun peta hidup, setiap insan pastinya
mempunyai segudang mimpi tentang kampus yang ia tempati saat ini. Seperti di kampus UM, setiap ADK mewajibkan
diri untuk membangun langkah-langkah strategis dalam bertindak agar setiap
keputusan yang diambil mendorong semakin dekatnya kemenangan dakwah kampus.
5.
Menyusun Skema
Rangkaian
Ø
Sub bagian ini
yang menjadi hal pokok sebelum meluncurkan agenda dakwah, diperlukan adanya
skema atau rancangan jalan strategi mana yang akan ditempuh guna merapikan gerak dakwah kita. Sehingga
ketika dilakukan akan menimbulkan shock terapy bagi musuh-musuh dakwah, dan tanpa
pernah terduga oleh siapapun bahwa ADK menjadi pendobrak pintu dakwah untuk
tegaknya dien ini.
6.
Melakukan
Praktikum
Ø
Inilah yang
menjadi puncak dari perjalanang yang ditempuh, kita bisa berkontribusi langsung
ke medan dakwah. Melaksanakan agenda bersama yang telah dirancang hingga
akhirnya mencapai hasil yang menjadi impian ADK bersama menuju kampus madani.
Minggu, 13 Mei 2012
UM 1 = UM MADANI
Sering
didengung-dengungkan tentang adanya impian bersama mencapai Kampus yang MADANI.
Sangat manis terucap MADANI, MADANI dan MADANI. Namun, sebenarnya perlu
dipertanyakan tentang MADANI itu sendiri, wahhh jangan-jangan para aktivis dakwah
kampus ternyata masih belum memahami makna dari kata MADANI itu sendiri.
Bagaimana kita bisa mewujudkan mimpi itu jika apa yang kita inginkan saja belum
tergambar jelas. Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab
untuk mengatur alur perjalanan ini hingga kita mencapai puncak kemenangan. Bagaimana
cara kita mengawali kerja, langkah awal apa yang kita tempuh dan apa saja yang
perlu dipersiapkan, itu menjadi bahasan awal untuk merancang sebuah agenda
besar menuju kampus yang MADANI. Diperlukan adanya pemikiran setiap aktivis
untuk merancang konsep kampus MADANI itu seperti apa dalam benak mereka,
sehingga memperjelas gerak langkah dan arah tujuan kita untuk merealisasikannya.
Tapi, tidak sedikit para aktivis yang apatis dengan itu semua. Hidup itu
pilihan, dan setiap pilihan yang dipilih mengantarkan kita kepada hakekat akan
tujuan hidup. Kita ikut dalam kumpulan orang yang hanya duduk-duduk ataukah
bersama orang-orang yang tergopoh-gopoh berjalan menggapai kemenangan.
MADANI itu sebuah keadaan yang ideal. Jadi bisa dikatakan
KAMPUS MADANI adalah kampus dengan
keadaan yang ideal. Arya Sandhiyudha (2006:104-106) dalam bukunya Renovasi
Dakwah Kampus mengkategorikan ada 9 point yang kemudian menjadi ciri sebuah
kampus madani.
1. Religious
Kategori
pertama dan utama yang menjadi pendobrak terbentuknya kondisi yang MADANI. Artinya,
dimudahkannya akses peningkatan pemahaman akan beragama dalam kampus. Kemudahan
memperoleh wawasan peningkatan ruhiyah melalui forum – forum kajian,
konsultasi, sms taujih, bisa diakses dengan mudah, terbuka, dan menyeluruh
terhadap stakeholder (Mahasiswa, Dosen, Pegawai, Umum) sebuah kampus. Adanya
kegiatan-kegiatan dari organisasi bidang kerohanian dapat diterima seluruh
lapisan masyarakat kampus. Pelayanan yang memadai dan tidak nampak eksklusif,
sehingga tujuan yang kita usung dapat tersampaikan kepada objek dakwah. Pada
fase ini, ditandai dengan nuansa religius dari personal, lembaga, sarana,
budaya, maupun kebijakan yang berlaku di kampus tesebut.
Religious disini
bukan hanya sekedar tugas dari UKM kerohanian saja untuk mengaplikasikannya,
namun kondisi dimana semua warga kampus menyadari atas urgensi kerohanian
mereka sehingga terlaksana sebuah nuansa religious dalam sebuah kampus. Jika
waktu sholat tiba, berbondong – bondonglah dosen, mahasiswa, pegawai, satpam ke
masjid ataupun mushola – mushola terdekat untuk melaksanakan shalat berjama’ah.
Demikian juga dengan kondisi ketika waktu sholat wajib tiba maka tidak ada
satupun kelas yang belangsung kegiatan belajar-mengajar. Ini menjadi sebuah
tolak ukur awal disebutnya sebuah kampus menjadi kampus MADANI.
2. Institusional
Artinya,
adanya institusi – institusi yang kredibel (proaktif, empatik, jujur, dan
dialogis) dan professional sebagai penopang gerak dinamika kampus itu sendiri.
Institusi – intitusi ini bisa berwujud institusi kemahasiswaan misalnya BEM
yang berfungsi sebagai pengawal kebijakan birokrasi sehingga segala proses
administrasi yang berlangsung di birokrasi berjalan lancar tanpa ada satupun
oknum yang melakukan hal-hal yang merugikan warga kampus. Bahkan institusi
mandiri, atau institusi – institusi yang secara langsung dikelola oleh pihak
birokrasi kampus yang benar – benar kredibel dibidangnya masing – masing dan
memberikan pelayanan terhadap kepentingan mahasiswa, serta stakeholder kampus
lainnya.
3. Constitutional
Tahap ini
tercermin dari aturan yang lengkap yang melingkupi dan menaungi seluruh
aspirasi komponen kampus dan diinspirasi oleh nilai – nilai ruhani serta
disepakati menjadi pilihan bersama dalam sebuah kampus. Pada tahap ini terjadi
sebuah peraturan kampus yang jelas, teratur, berkesinambungan dan diterima oleh
masyarakat kampus sehingga masyarakat kampus dapat memahami apa saja yang
menjadi haknya, dan dapat memperjuangkan hak – haknya tersebut, serta melawan
jika haknya dirampas. Pada konteks kemahasiswaan, ada sebuah undang – undang
mengenai kemahasiswaan yang disepakati dan dilaksanakan secara bersama,
sehingga yang melanggar akan mendapat sanksi dan seluruh element mahasiswa
berkewajiban untuk melaksanakannya. Kampus MADANI tidak akan toleran terhadap
sosok opportunis. Demikian juga di tataran birokrasi kampus, keluarnya sebuah
kebijakan – kebijakan yang bersifat constitute harapannya dapat disepakati
bersama dan tidak memberatkan serta ada sebuah konsekuensi moral untuk mematuhi
dan melaksanakannya.
4. Intellectual
Kampus MADANI
adalah kampus yang masyarakat di dalamnya bersemangat tinggi dalam menuntut
ilmu, mengamalkannya, dan menyerukannya kepada yang lain. Masyarakat kampus
inilah yang akan menghasilkan sebuah model dan sarana peningkatan kredibilitas
professional (core competence, management, and strategic thinking),
kredibilitas moral (komitmen dan nilai), dan kredibilitas sosial ( human
relation). Intellectual menjadi sebuah tradisi dalam dunia akademisi dan
menjadi tuntutan.
5. Peaceful
Oriented
Berorientasi
kepada kedamaian. Artinya, kondisi aman dan harmonis, serta Lima Es (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) selalu teraplikasi. Ketika memasuki kampus ini,
entah itu masyarakat lama ataupun pendatang akan merasakan suasana aman dan
nyamannya.
Dikampus
yang seperti ini, segala bentuk kejahatan, anarkisme, diktatorisme, rasialisme,
egoisme bahkan terorisme adalah menjadi musuh bersama untuk ditumpas.
6. Egalitarian
Artinya
warga kampus MADANI ini tidak mengenal pembedaan atas simbol – simbol duniawi.
Merdeka dari senioritas dan pengkastaan. Dikampus ini, tidak akan ada cerita
mahasiswa junior ditindas oleh senior, atau mahasiswa diperas oleh dosen untuk
memberi nilai. Bebas dari kekerdilan intelektual seperti itu.
7. Justice
Berkeadilan.
Kampus ini memiliki warga yang memiliki kesamaan etika dalam menjaga hak agama,
harta, akal, jiwa, keturunan. Semua dapat membela haknya dan mendapatkan
funishment atas pelanggaran yang dibuatnya. Pihak birokrat kampus tidak
membedakan status ketika penerimaan mahasiswa baru, dan memberikan hak yang
sesuai terhadap kebutuhan mahasiswanya. Dalam hal distribusi beasiswa misalnya,
berkeadilan disini adalah sesuatu yang proporsional. Sehingga yang layak
menerimalah yang sepatutnya menerima bantuan tersebut. Bukan malah mereka yang
memiliki koneksi dengan kolusinya, terlepas dari mereka berada dan berkelas
menengah keatas. Pada tahap ini, semua legowo atas keadilan yang terlaksana.
8. Technology
Oriented
Artinya,
bahwa kampus pada fase MADANI ini memiliki warga masyarakat yang menguasai
teknologi dan mengerahkan segala kemampuan dan sarananya untuk kebaikan. Tidak
ada lagi istilah gaptek (gagap IPTEK) dikampus ini. Kemudahan menggunakan
piranti yang berhubungan dengan teknologi pun bisa diakses dengan mudah dan
fleksibel oleh masyarakat kampus.
Hotspot
misalnya, warnet gratis, perpustakaan maya, yang kesemuanya memicu kampus untuk
berangkat menuju ke-MADANIan-nya. Dan bangunan-bangunan kampus yang menunjang
peningkatan pembelajaran dan akses mahasiswa.
Begitu kondisi yang sudah sempurna
dari ke-9 kategori di atas untuk menuju sebuah kampus yang MADANI. Sudah terbesit
dan tergambar di dalam benak kita rupa dan bentuk keadaan yang MADANI itu
seperti apa. Karena adanya ilmu di atas amal, maka saatnya kita beraksi dan
terus bergerak mencapai kesuksesan mimpi. Kembali merapatkan barisan yang mulai
goyah dan memperbaiki semangat-semangat yang mulai rapuh untuk kinerja yang
lebih cepat dan tepat.
Langganan:
Postingan (Atom)