Setiap rel akan selalu menjadi saksi sejarah

Terhadap kereta kehidupan yang melintas di atasnya

Minggu, 17 November 2013

Inovasi Alun-Alun Berdasi Rubah (Bertajuk Pendidikan, Seni Budaya, Dan Rumah Ibadah) Sebagai Ruang Terbuka Hijau Yang Edukatif Di Kota Malang


Alun-alun Kota Malang merupakan salah satu alun-alun yang kurang memberikan manfaat. Alun-alun hanya difungsikan sebagai tempat bersantai hampir tidak terkelola dengan baik . Para PKL yang banyak berkeliaran disekitar alun-alun juga semakin membuat kondisi alun-alun berantakan. Alun-alun yang juga sebagai jantung kota seharusnya mampu memberikan suasana rindang sebagai perwujudan dari ruang terbuka hijau. Saat ini konsep ruang terbuka hijau yang melekat pada alun-alun sudah semakin ditinggalkan.
             Alun-alun yang mempunyai posisi strategis memungkinkan banyak khalayak yang berkunjung ke alun-alun. Hal tersebut sangat tepat apabila alun-alun sekaligus dimanfaatkan sebagai tempat untuk memberikan pedidikan pada masyarakat. Ditambah lagi renstra yang terdapat pada Perda Kota Malang bahwa alun-alun akan dijadikan sebagai pusat pelayanan publik. Dengan ruang terbuka hijau sebagai pembangunan yang utama, tentunya akan semakin meningkatkan daya tarik alun-alun.
            Melihat kondisi Alun-alun Kota Malang yang kurang bermanfaat namun disisi lain juga terdapat beberapa potensi alun-alun, maka muncul ide berupa alun-alun dengan konsep berdasi rubah sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Konsep alun-alun berdasi rubah mengarah pada kegiatan yang memberikan nilai pendidikan pada masyarakat ketika berkunjung ke lokasi alun-alun. Alun-alun berdasi rubah memberikan pendidikan kepada masyarakat melalui inovasi berupa adanya komplek taman baca, kebudayaan lokal, miniatur rumah ibadah, dan lahan serbaguna. Komplek taman baca menyediakan perpustakaan mini dan memberikan ruang pada masyarakat untuk melakukan aktifitas membaca dilokasi. Komplek kebudayaan lokal juga memberikan wawasan mengenai seni dan budaya lokal yang ada di Kota Malang. Pada komplek miniatur rumah ibadah diberikan informasi mengenai agama yang ada di Indonesia. Ditambah lagi lahan serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai macam aktifitas ringan.
            Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang menjadikan faktor kelestarian lingkungan sebagai pertimbangan utama. Para pakar di bidang jalan mulai memformulasikan proses pembangunan jalan yang memperhatikan faktor kelestarian lingkungan. Konsepnya disebut sebagai “green roads” atau jalan ramah lingkungan. Sama halnya dengan pembuatan alun-alun berdasi rubah yang menggunakan konsep ruang ramah lingkungan mempunyai tujuan diantaranya adalah sebagai usaha mengoptimalkan fungsi alun-alun yang masih kurang bermanfaat. Alun-alun yang menjadi jantung kota saat ini juga harus lebih ditekankan kembali, karena fungsinya sebagai ruang terbuka hijau tersebut sudah mulai ditinggalkan. Dalam konsep ini, pemanfaatan alun-alun untuk memberikan pendidikan pada masyarakat sangatlah nyaman dengan didukung suasana alun-alun yang merupakan ruang terbuka hijau.

http://litbang.pu.go.id/membangun-jalan-hijau-bukan-mimpi.balitbang.pu.go.id

Kamis, 17 Mei 2012

Road to Bromo

13 Mei 2012 perjalanan kedua berhasil kutempuh, dengan semangat tinggi akhirnya sampai pada puncak kawah Bromo. Menempuh sekitar 2,5 jam untuk bisa sampai di tempat. Dingi, begitu suhu yang kurasakan. Air teh yang hangat saja cepat sekali menjadi dingin. Dengan tekstur jalan yang curam namun dengan segenap tekad akupun bisa melaluinya. Kemanapun aku pergi, maka selalu ada KAMMI yang menemani. Angin yang berhembus membuat detak jantung berdegup kencang. Takutnya, kalau jatuh ke kawah. Nmun, pesona Bromo yang eksotis merefresh jiwa-jiwa yang sedang lemah, menguatkan semangat-semangat yang melemah. Salah satu keagungan Illahi, benar-benar bisa kurasakan. Maha Suci ALLAH atas segala kuasanya, merasa semakin kecil dihadapannya. Banyak pelajaran yang diambil ketika kita melakukan sebuah perjalanan, entah dari lingkungan sekitar atau mungkin dari kejadian yang kita alami. Membuka lembarang baru dengan tema "Belajar dari Alam".

Tancap Gas

Kumulai perjalanan pertamaku dengan hati yang was-was namun ingin tetap ku tempuh. Melewati banyak tikungan jalan, berkelak-kelok, menyusuri sekian hektar hutan denagn alunan jalan yang curam dan terjal. Benar-benar menguji adrenalin alias krik-krik. Namun, disamping itu semua dapat menenangkan hati yang sedang gundah dan menyejukkan mata yang terlihat kiri-kanan penuh pepohonan. Hingga melewati beberapa air terjun. Luar biasa, akhirnya sampai tujuan di Royal Camp trawas Mojokerto 11 Mei 2012. Pertama kalinya mengibarkan bendera kebanggaan. Semoga pancaran ruh yang baru membuat langkahku semakin kokoh mewujudkan semua impian yang pernah kutuliskan. ALLAH selalu bersamaku.

Selasa, 15 Mei 2012

Ketika Budaya Taklid Buta Merajalela


Dikatakan aktivis pergerakan tapi tak pernah membaca,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi tak pernah menulis,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi malas datang diskusi,
Dikatakan aktivis pergerakan tapi nunggu perintah,
         
          Kader dakwah bukanlah kader  intruksi, melainkan kader yang mempunyai jiwa aktif dalam berkontribusi. Sejenak ketika menengok sejarah, dimana pemuda pergerakan jaman dulu berjuang keras atas kekuasaan pemerintah yang menindas rakyat, betapa agenda-agenda dakwah yang dilaksanakan kemudian mendapat kecaman pemerintah. Ghirah mereka yang tak kenal lelah untuk terus bergerak hingga dapat menumbangkan sistem pemerintahan orde baru. Pengorbanan yang begitu tinggi yang diberikan untuk kesejahteraan rakyat. 

          Sungguh berbeda sekali ketika kita menilik kondisi saat ini dimana sudah terbebas dari belenggu-belenggu penjajah, hidup demokratis, bebas melakukan agenda-agenda dakwah tanpa ada suatu apapun yang menjadi penghalang. Namun, semangat-semangat kader dakwah yang mulai menurun, apakah terlena akan kenikmatan hidup ataukah sedang sejenak beristirahat untuk mempersiapkan serangan dakwah. 

          Dalam risalah “Dakwatunaa Fii Thaurin Jadid” Imam Hasan Al Banna berkata : “Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan tegar. Hati-hati yang baru nan berkibar-kibar. Emosi-emosi yang membara nan menggelora dan ruh-ruh yang memiliki thumuhat, obsesi ke depan jauh yang merenungkan teladan dan tujuan-tujuan yang mulia.”
   
          Begitu nampak memudar ghirah kader dakwah dalam gelanggang pertempuran. Buku-buku yang tersusun rapi di rak, nampak kusut karena debu. Perpustakaan yang telah dibangun nampak kusam karena tak terjamah. Apalagi dalam perhelatan dunia teknologi yang semakin canggih, belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan dakwah. Kader dakwah mulai terlena dengan fasilitas teknologi yang serba bisa namun sekedar untuk pemuasan hasrat. Seharusnya kita yang bisa mewarnai dunia teknologi dengan tulisan-tulisan kita sebagai sarana dalam berdakwah, akan tetapi terkadang kita yang termakan oleh isu-isu yang berasaskan kepentingan politik organisasi. 

          Seolah langkah kaki ini tampak tergopoh-gopoh, bukan karena cepat dalam berlari namun terombang-ambing karena gerak yang tak jelas dan tidak dimengerti. Begitulah kondisi kader dakwah saat ini, duduk termenung menunggu perintah tapi bingung tak tau arah. Hanya mendengar seruan-seruan kemudian pergi, tak mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Berbagai media baik elektronik maupun tulis sudah membuka mata kita untuk selalu memantau kondisi negri ini, terkaman-terkaman dari negara liberal tak hentinya diluncurkan. Namun apakah kita hanya bisa berkecamuk dengan urusan sendiri. 

          Seorang kader dakwah harus mempunyai karakter tersendiri dalam bergerak, bangun jiwa-jiwa kreasi dan inovasi. Tidak hanya berjalan karena hanya mengikuti tapi kita berjalan karena dasar. Kita berbicara karena dasar. Kita bertindak karena dasar. Kita berada di jalan dakwah ini karena dasar. ALLAH memilih kita untuk menjadi prajuritnya juga karena dasar. 

          Padahal begitu leluasa kita diberi waktu dan kesempatan untuk melakukan rancangan, namun telah terbuai dalam kenikmatan. Menyusuri jalanan dan menerjang rintangan, begitu seharusnya yang dilakukan. Seolah selangkah lagi mencapai kemenangan, namun terhenti dalam bayang-bayang angan. Mari bangkit kawan, aktifkan kembali jiwa-jiwa kita untuk membaca. Sekedar gelar tikar duduk bersama diskusi panjang lebar. Merancang strategi dakwah  menyelamatkan umah. Sekali lagi, kita adalah kader penggerak. Bergerak dengan langkah yang kokoh. Bergerak dengan tujuan yang pasti. Bergerak dengan dasar yang jelas, tidak sekedar ikut-ikutan, memberantas musuh-musuh yang bringas.

Perjalanan Dakwah itu bagai Menulis Laporan Praktikum


“Life is Never Flat”, begitu kehidupan itu tidak akan pernah terasa datar. Terkadang ada tanjakan, tikungan bahkan jurang yang harus siap kita lalui. Baik suka maupun duka ikut mewarnai. Layaknya menulis laporan praktikum, tersusun secara sistematis dan urut serta mempunyai pola bahasa yang rapi. Begitu pula ketika kita ingin menata kehidupan dakwah yang lebih baik, diperlukan adanya manajemen waktu serta pemanfaatan kesempatan sebaik mungkin. Berikut susunan Laporan Praktikum yang dapat dianalogikan dengan perjalanan kehidupan dakwah kita :

1.      Menentukan Judul
Ø  Sebelum memulai untuk meneteskan tinta pada kertas putih, sudah ditentukan hal pokok yang ingin digarap. Seperti melakukan serangkaian agenda dakwah, tentunya juga sudah dirancang hal pokok yang ingin dilaksanakan. Misalnya agenda PEMIRA OPM kampus, OHM PMB Bersama, maupun agenda dakwah lainnya.

2.      Menetukan Tujuan
Ø  Dalam melakukan praktikum harus ditentukan hal apa saja yang menjadi sasaran atau tujuan kita. Sama halnya ketika kita memulai untuk melangkahkan kaki dalam medan dakwah, hal utama yang harus kita tentukan dan murnikan adalah niat. Menata niat untuk sebuah perjalanan yang akan ditempuh. Merenung akan lahirnya sebuah tujuan agar semakin yakin dalam kita membuat jejak kehidupan. “ Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya dan Sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan”, begitu sebuah hadist menjelaskan. Jadi, sebagai seorang ADK dapat memperbaharui niat setiap saat.

3.      Menentukan Alat dan Bahan
Ø  Layaknya orang yang ingin pergi berperang, selalu menyiapkan amunisi yang dibutuhkan. Mulai dari senjata hingga logistik. Begitulah ketika kita berjalan, membutuhkan peralatan yang menunjang  rencana strategi yang telah disusununtuk meluncurkan agenda dakwah di medan pertempuran. Melakukan pendataan terkait  amunisi yang akan digunakan, mulai dari kebutuhan rukhiyah hingga dunia.

4.      Menentukan Langkah Kerja
Ø  Tahap demi tahap praktikum dilakukan, dimulai dari persiapan sampai bersih-bersih tempat agar semua berjalan secara prosedur sehingga mendapat hasil yang sesuai. Itulah pentingnya mengapa kita harus membangun peta hidup, setiap insan pastinya mempunyai segudang mimpi tentang kampus yang ia tempati saat ini.  Seperti di kampus UM, setiap ADK mewajibkan diri untuk membangun langkah-langkah strategis dalam bertindak agar setiap keputusan yang diambil mendorong semakin dekatnya kemenangan dakwah kampus.

5.      Menyusun Skema Rangkaian
Ø  Sub bagian ini yang menjadi hal pokok sebelum meluncurkan agenda dakwah, diperlukan adanya skema atau rancangan jalan strategi mana yang akan ditempuh  guna merapikan gerak dakwah kita. Sehingga ketika dilakukan akan menimbulkan shock terapy bagi musuh-musuh dakwah, dan tanpa pernah terduga oleh siapapun bahwa ADK menjadi pendobrak pintu dakwah untuk tegaknya dien ini.

6.      Melakukan Praktikum
Ø  Inilah yang menjadi puncak dari perjalanang yang ditempuh, kita bisa berkontribusi langsung ke medan dakwah. Melaksanakan agenda bersama yang telah dirancang hingga akhirnya mencapai hasil yang menjadi impian ADK bersama menuju kampus madani.